TEORI PROBABILITAS / PELUANG
A. Pengertian
Probabilitas
Probabilitas atau Peluang adalah
suatu ukuran tentang kemungkinan suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa
mendatang. Probabilitas dapat juga diartikan sebagai harga angka yang
menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa terjadi, di
antara keseluruhan peristiwa yang mungkin terjadi. Probabilitas
dilambangkan dengan P.
Contoh 1: Sebuah mata uang logam
mempunyai sisi dua (H & T) kalau mata uang tersebut dilambungkan satu kali,
peluang untuk keluar sisi H adalah ½.
Contoh 2: Sebuah dadu untuk
keluar mata ‘lima’ saat pelemparan dadu tersebut satu kali adalah 1/6 (karena
banyaknya permukaan dadu adalah 6).
![Text Box: P (E) = X/N](file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
P: Probabilitas
E: Event (Kejadian)
X: Jumlah kejadian yang diinginkan (peristiwa)
N: Keseluruhan kejadian yang mungkin terjadi
Ada tiga hal penting dalam probabilitas, yaitu:
·
Percobaan adalah pengamatan terhadap
beberapa aktivitas atau proses yang memungkinkan timbulnya paling sedikit 2
peristiwa tanpa memperhatikan peristiwa mana yang akan terjadi.
·
Hasil adalah suatu hasil dari sebuah
percobaan.
·
Peristiwa adalah kumpulan dari satu atau
lebih hasil yang terjadi pada sebuah percobaan atau kegiatan.
B. Manfaat
Probabilitas dalam Peneitian
- Manfaat probabilitas dalam
kehidupan sehari-hari adalah membantu kita dalam mengambil suatu keputusan,
serta meramalkan kejadian yang mungkin terjadi. Jika kita tinjau pada saat kita
melakukan penelitian, probabilitas memiliki beberapa fungsi antara lain:
- Membantu peneliti dalam pengambilan keputusan yang lebih
tepat.
- Dengan teori probabilitas kita
dapat menarik kesimpulan secara tepat atas hipotesis yang terkait tentang
karakteristik populasi.
- Mengukur derajat ketidakpastian dari analisis sampel
hasil penelitian dari suatu populasi.
C. Pendekatan
Probabilitas
Ada 3 (tiga) pendekatan konsep
untuk mendefinisikan probabilitas dan menentukan nilai-nilai probabilitas,
yaitu : (1). Pendekatan Klasik, (2). Pendekatan Frekuensi Relatif, dan (3).
Pendekatan Subyektif.
1. Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik didasarkan pada
sebuah peristiwa mempunyai kesempatan untuk terjadi sama besar (equally
likely). Probabilitas suatu peristiwa kemudian dinyatakan sebagai suatu rasio
antara jumlah kemungkinan hasil dengan total kemungkinan hasil (rasio peristiwa
terhadap hasil).
Probabilitas
suatu peristiwa = Jumlah kemungkinan hasil / Jumlah total kemungkinan hasil
Jika ada a kemungkinan yang dapat
terjadi pada kejadian A dan ada b kemungkinan yang dapat terjadi pada kejadian
A, serta masing-masing kejadian mempunyai kesempatan yang sama dan saling
asing, maka probabilitas/peluang bahwa akan terjadi a adalah:
P (A) = a/a+b ; dan peluang bahwa akan terjadi b
adalah : P (A) =
b/a+b
Contoh:
Pelamar pekerjaan terdiri dari 10
orang pria (A) dan 15 orang wanita (B). Jika yang diterima hanya 1, berapa
peluang bahwa ia merupakan wanita?
Jawab:
P (A) = 15/10+15 = 3/5
2. Pendekatan Relatif
Besarnya probabilitas suatu peristiwa tidak dianggap sama, tetapi tergantung pada berapa banyak suatu peristiwa terjadi dari keseluruhan percobaan atau kegiatan yang dilakukan. probabilitas dapat dinyatakan sebagai berikut :
Besarnya probabilitas suatu peristiwa tidak dianggap sama, tetapi tergantung pada berapa banyak suatu peristiwa terjadi dari keseluruhan percobaan atau kegiatan yang dilakukan. probabilitas dapat dinyatakan sebagai berikut :
Probabilitas
kejadian relatif = Jumlah peristiwa yang terjadi / Jumlah total percobaan atau
kegiatan
Jika pada data sebanyak N
terdapat a kejadian yang bersifat A, maka probabilitas/peluang akan terjadi A
untuk N data adalah : P
(A) = a/N
Contoh:
Dari hasil penelitian diketahui
bahwa 5 orang karyawan akan terserang flu pada musim dingin. Apabila lokakarya
diadakan di Puncak, berapa probabilitas terjadi 1 orang sakit flu dari 400
orang karyawan yang ikut serta?
Jawab:
P (A) = 5/400 = P (A) = 1/80
3. Pendekatan Subjektif
Besarnya suatu probabilitas didasarkan pada penilaian pribadi dan dinyatakan dalam derajat kepercayaan. Penilaian subjektif diberikan terlalu sedikit atau tidak ada informasi yang diperoleh dan berdasarkan keyakinan.
Besarnya suatu probabilitas didasarkan pada penilaian pribadi dan dinyatakan dalam derajat kepercayaan. Penilaian subjektif diberikan terlalu sedikit atau tidak ada informasi yang diperoleh dan berdasarkan keyakinan.
D. Konsep Dasar dan
Hukum Probabilitas
Dalam mempelajari hukum dasar
probabilitas berturut-turut akan dibahas hukum penjumlahan dan hukum perkalian.
1. Hukum Penjumlahan
Hukum penjumlahan menghendaki
peristiwa saling lepas (mutually exclusive) dan peristiwa/kejadian bersama (non
mutually exclusive).
A.
Saling meniadakan (mutually exclusive)
Apabila suatu peristiwa terjadi, maka peristiwa lain tidak
dapat terjadi pada saat bersamaan.
Rumus penjumlahan untuk kejadian-kejadian yang saling meniadakan:
Rumus penjumlahan untuk kejadian-kejadian yang saling meniadakan:
P (A U B) = P (A atau B)= P (A) + P (B)
Contoh:
Probabilitas untuk keluar mata 2 atau mata 5 pada pelemparan
satu kali sebuah dadu adalah:
P(2 U 5) = P (2) + P (5) = 1/6 + 1/6 = 2/6
B.
Kejadian Bersama (Non Mutually Exclusive)
Peristiwa Non Mutually Exclusive (Joint) dua
peristiwa atau lebih dapat terjadi bersama-sama (tetapi tidak selalu bersama).
Rumus penjumlahan untuk kejadian-kejadian yang tidak saling meniadakan:
Rumus penjumlahan untuk kejadian-kejadian yang tidak saling meniadakan:
Dua Kejadian
P (A U B) =P(A) + P (B) – P(A ∩ B)
Tiga Kejadian
P(A U B U C) = P(A) + P(B) + P(C) – P(A ∩ B)
– P(A ∩ C) – P(B ∩ C) + P(A ∩ B ∩ C)
Peristiwa terjadinya A dan B
merupakan gabungan antara peristiwa A dan peristiwa B. Akan tetapi
karena ada elemen yang sama dalam peristiwa A dan B, Gabungan peristiwa A
dan B perlu dikurangi peristiwa di mana A dan B memiliki elemen yang sama.
Dengan demikian, probabilitas pada keadaan di mana terdapat elemen
yang sama antara peristiwa A dan B maka probabilitas A atau B adalah
probabilitas A ditambah probabilitas B dan dikurangi
probabilitas elemen yang sama dalam peristiwa A dan B.
C.
Peristiwa Pelengkap (Complementary Event)
Apabila peristiwa A dan B saling melengkapi, sehingga jika
peristiwa A tidak terjadi, maka peristiwa B pasti terjadi. Peristiwa A
dan B dikatakan sebagai peristiwa komplemen.
Rumus untuk kejadian-kejadian yang saling melengkapi :
Rumus untuk kejadian-kejadian yang saling melengkapi :
P(A)+P(B) = 1 atau P(A) = 1 – P(B)
2. Hukum Perkalian
A. Hukum Bebas (independent)
Hukum perkalian menghendaki setiap peristiwa adalah independen, yaitu suatu peristiwa terjadi tanpa harus menghalangi peristiwa lain terjadi. Peristiwa A dan B independen, apabila peristiwa A terjadi tidak menghalangi terjadinya peristiwa B.
Hukum perkalian menghendaki setiap peristiwa adalah independen, yaitu suatu peristiwa terjadi tanpa harus menghalangi peristiwa lain terjadi. Peristiwa A dan B independen, apabila peristiwa A terjadi tidak menghalangi terjadinya peristiwa B.
P(A ∩ B) = P
(A dan B) = P(A) x P(B)
Contoh soal 1:
Sebuah dadu dilambungkan dua kali, peluang keluarnya mata 5
untuk kedua kalinya adalah:
P (5 ∩ 5) = 1/6 x 1/6 = 1/36
Contoh soal 2:
Sebuah dadu dan koin dilambungkan
bersama-sama, peluang keluarnya hasil lambungan berupa sisi H pada koin dan
sisi 3 pada dadu adalah:
P (H) = ½, P (3) = 1/6
P (H ∩ 3) = ½ x 1/6 = 1/12
B. Peristiwa Bersyarat (Tidak Bebas) / (Conditional
Probability)
Probabilitas bersyarat adalah probabilitas suatu peristiwa akan terjadi dengan ketentuan peristiwa yang lain telah terjadi. Peristiwa B terjadi dengan syarat peristiwa A telah terjadi.
Probabilitas bersyarat adalah probabilitas suatu peristiwa akan terjadi dengan ketentuan peristiwa yang lain telah terjadi. Peristiwa B terjadi dengan syarat peristiwa A telah terjadi.
P(A dan B) =
P(A x P(B|A) atau P(B dan A) = P(B) x P(A|B)
Contoh :
Dua kartu ditarik dari satu set kartu bridge, peluang untuk
yang tertarik keduanya kartu as adalah sebagai berikut: Peluang as I adalah
4/52 -> P (as I) = 4/52
Peluang as II dengan syarat as I sudah tertarik adalah 3/51
P (as II │as I) = 3/51
P (as I ∩ as II) = P (as I) x P (as II│ as I) = 4/52 x 3/51
= 12/2652 =1/221
E. Diagram Pohon
Probabilitas
Diagram pohon merupakan
suatu diagram yang menyerupai pohon dimulai dari batang kemudian menuju ranting
dan daun. diagram pohon dimaksudkan untuk membantu menggambarkan probabilitas
atau probabilitas bersyarat dan probabilitas bersama. diagram pohon sangat
berguna untuk menganalisis keputusan-keputusan bisnis dimana terdapat
tahapan-tahapan pekerjaan.
Contoh:
F. Ruang Sampel dan
Titik Sampel
- Ruang sampel adalah himpunan
dari semua hasil yang mungkin pada suatu percobaan/kejadian. Ruang Sampel
suatu percobaan dapat dinyatakan dalam bentuk diagram pohon atau tabel.
- Titik Sampel adalah anggota-anggota dari ruang sampel atau
kemungkinan-kemungkinan yang muncul.
Contoh:
Pada percobaan melempar dua buah
mata uang logam (koin) homogen yang berisi angka (A) dan gambar (G) sebanyak
satu kali. Tentukan ruang sampel percobaan tersebut.
a. Dengan Diagram Pohon
Kejadian yang mungkin:
AA : Muncul sisi angka pada kedua koin
AG : Muncul sisi angka pada koin 1 dan sisi gambar pada koin
2
b. Dengan Tabel
(b) dgn tabel. (a) dgn diagram pohon
Ruang sampel = {(A,A), (A,G), (G,A), (G,G)}
Banyak titik sampel ada 4 yaitu (A,A), (A,G), (G,A), dan
(G,G)
G. Teorema Bayes
Dalam teori probabilitas dan
statistika, teorema Bayes adalah sebuah teorema dengan dua penafsiran
berbeda. Dalam penafsiran Bayes, teorema ini menyatakan seberapa jauh
derajat kepercayaan subjektif harus berubah secara rasional ketika ada petunjuk
baru. Dalam penafsiran frekuentis teorema ini menjelaskan
representasi invers probabilitas dua kejadian. Teorema ini merupakan dasar dari
statistika Bayes dan memiliki penerapan dalam sains, rekayasa, ilmu ekonomi
(terutama ilmu ekonomi mikro), teori permainan, kedokteran dan hukum. Penerapan
teorema Bayes untuk memperbarui kepercayaan dinamakan inferens Bayes.
atau
H. Prinsip
Menghitung
1. Faktorial
Faktorial digunakan untuk mengetahui berapa banyak cara yang mungkin dalam mengatur sesuatu. Hasil perkalian semua bilangan bulat positif secara berurutan dari 1 sampai dengan n disebut n faktorial. Dari definisi faktorial tersebut, maka dapat dituliskan prinsip menghitung faktorial sebagai berikut :
Faktorial digunakan untuk mengetahui berapa banyak cara yang mungkin dalam mengatur sesuatu. Hasil perkalian semua bilangan bulat positif secara berurutan dari 1 sampai dengan n disebut n faktorial. Dari definisi faktorial tersebut, maka dapat dituliskan prinsip menghitung faktorial sebagai berikut :
n ! = n x
(n-1) x (n-2) x (n-3) x … 3 x 2 x 1
n ! dibaca n
faktorial
nb: 0! = 1dan 1! = 1
Contoh:
3! = 3 x 2 x 1 = 6
5! = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120
5! = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120
2. Permutasi
Permutasi digunakan untuk mengetahui jumlah kemungkinan susunan (arrangement) jika terdapat satu kelompok objek. pada permutasi berkepentingan dengan susunan atau urutan dari objek. Permutasi dirumuskan sebagai berikut :
Permutasi digunakan untuk mengetahui jumlah kemungkinan susunan (arrangement) jika terdapat satu kelompok objek. pada permutasi berkepentingan dengan susunan atau urutan dari objek. Permutasi dirumuskan sebagai berikut :
atau
dimana :
P = Jumlah permutasi atau cara objek disusun
n = jumlah total objek yang disusun
r/k = jumlah objek yang digunakan pada saat bersamaan, jumlah r/k dapat sama dengan n atau lebih kecil
n = jumlah total objek yang disusun
r/k = jumlah objek yang digunakan pada saat bersamaan, jumlah r/k dapat sama dengan n atau lebih kecil
! = tanda dari faktorial
Contoh:
Di kantor pusat DJBC Ada 3 orang
staff yang dicalonkan untuk menjadi mengisi kekosongan 2 kursi pejabat eselon
IV. Tentukan banyak cara yang bisa dipakai untuk mengisi jabatan tersebut?
jawab :
Permutasi P (3,2), dengan n =3 (banyaknya staff) dan k =2
(jumlah posisi yang akan diisi)
Permutasi Unsur-unsur yang sama
Contoh:
Tentukan permutasi atas semua unsur yang dibuat dari kata
MATEMATIKA!
Jawab:
pada kata
MATEMATIKA terdapat 2 buah M, 3 buah A, dan 2 buah T yang sama, sehingga
permutasinya adalah:
Permutasi Siklis
RUMUS: banyaknya permutasi = (n-1)!
Contoh:
Suatu keluarga yang terdiri atas 6 orang duduk mengelilingi
sebuah meja makan yang berbentuk lingkaran. Berapa banyak cara agar mereka
dapat duduk mengelilingi meja makan dengan cara yang berbeda?
Jawab :
Banyaknya cara agar 6 orang dapat duduk mengelilingi meja makan dengan urutan yang berbeda sama dengan banyak permutasi siklis (melingkar) 6 unsur yaitu :
Jawab :
Banyaknya cara agar 6 orang dapat duduk mengelilingi meja makan dengan urutan yang berbeda sama dengan banyak permutasi siklis (melingkar) 6 unsur yaitu :
3. Kombinasi
Kombinasi digunakan apabila ingin mengetahui berapa cara
sesuatu diambil dari keseluruhan objek tanpa memperhatikan urutannya. Jumlah
kombinasi dirumuskan sebagai berikut:
Contoh:
Saat akan menjamu Bayern Munchen di Allianz arena, Antonio
Conte (Pelatih Juventus) punya 20 pemain yang akan dipilih 11 diantaranya untuk
jadi starter. Berapa banyak cara pemilihan starter tim juventus? (tidak
memperhatikan posisi pemain).
i.
Macam-macam
probabilitas
Probabilitas ada dua macam, yaitu:
a. Probabilitas a priori, yaitu probabilitas yang disusun
berdasarkanakal, bukan atas pengalaman. Seperti untuk mengetahui peluang
keluarnya mata dadu maka berpeluang 1/6, karena jumlah mata dadu ada 6.
b. Probabilitas relative frekuensi, yaitu probabilitas yang
disusun berdasarkan statistic atau fakta empiris. Disini didasarkan oleh
fakta-fakta yang sering terjadi. Seperti setiap wanita berusia 26 tahun
memiliki probabilitas 971 yang dapat mencapai umur 27 tahun, artinya dari 1000
wanita umur 26 tahun akan meninggal sebanyak 29 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar